Selasa, 25 November 2008

Bersakit sakit dulu, Bersenang - Senang Kemudian

Membaca sebuah tulisan di Blog yang saya kunjungi belum lama ini tentang hidup hemat dan tips – tips nya, mengingatkan saya akan buku panduan keuangan pertama yang saya miliki karangan Hendri Hartopo yang berjudul Save Or Sorry. Sebuah buku yang sangat bagus menurut saya yang memberi pemahaman kepada kita tentang cara - cara mengelola keuangan keluarga dengan lebih terencana.

Tidak mudah memang untuk mengikuti buku itu 100 persen. Karena memang tidak mudah mengendalikan pengeluaran dan mengerem keinginan untuk belanja. Kadang kalau sudah sampai di supermarket, barang yang tidak kita rencanakan untuk kita beli pun kita masukkan ke keranjang belanja, dan tahu - tahu barang itu sudah kita bayar di kasir.

Membedakan keinginan dengan kebutuhan memang sangat penting kita lakukan walaupun saya pribadi masih susah untuk melakukannya. Kadang – kadang uang habis untuk membeli barang barang yang kita inginkan, dan saat tiba masanya barang yang benar benar kita butuhkan habis, kita jadi kelabakan. Dengan membedakan keinginan dan kebutuhan akan membuat pengeluaran kita menjadi lebih terkontrol.

Keinginan sifatnya tidak terbatas sementara penghasilan yang kita terima tiap bulan terbatas. Jika kita hanya menuruti keinginan kita bisa - bisa gaji sebulan habis dalam sehari. Dan keuangan kita akan terseok seok sampai dengan penerimaan gaji bulan berikutnya. Ibarat pepatah, bersenang senang dahulu bersakit – sakit kemudian.

Pepatah ini mengingatkan dengan salah seorang teman saya, seorang lajang dengan penghasilan lumayan yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Orangnya manis, easy going dan tidak kenal takut. Kalau meminjam istilah Majalah Cosmopolitan, dia adalah seorang Fun Fearless Female sejati. Kelemahanya hanya tidak bisa mengendalikan keinginan saja. Terutama keinginan belanja.

Dia sangat hoby traveling dan petualangan. Setiap ada promo penerbangan Air Asia dengan tariff murah dia selalu tahu ( Air Asia selalu menjual tiket murah untuk jadwal penerbangan yang dipesan jauh - jauh hari). Dan pasti dia akan memesannya secara online untuk mendapatkan tiket murah tersebut. Sebenarnya hal ini bagus kita lakukan untuk perjalanan yang kita rencanakan. Sayangnya, teman saya hanya mengejar tiket murahnya saja, tapi tidak menabung untuk rencana perjalanan itu. Hingga tiba masanya tiket itu harus dipakai sementara uang dikantong tidak cukup untuk mendanai perjalanan tersebut. Teman saya tetap memakainya karena merasa sayang dengan tiket yang telah terlanjur dibeli dan akan hangus jika tidak digunakan. Akhirnya, kartu kredit digunakan sampai over limit. Malangnya, saat habis masa cutinya dan dia harus kembali bekerja, perusahaannya pindah ke pusat nya didaerah perkebunan yang terpencil. Karena tidak tahan dengan kondisi tempat kerjanya sekarang akhirnya dia mengajukan surat pengunduran diri. Tinggallah dia sekarang dengan kondisi job less dengan tanggungan utang kartu kredit yang harus dibayar.

Cerita saya diatas hanya sebuah contoh saja, bahwa keinginan – keinginan kita jika kita kita turuti tanpa pertimbangan keuangan akan membuat kita terjebak dalam kesusahan. Lebih baik bersakit sakit dahulu, baru bersenang – senang kemudian, daripada bersenang – senang dahulu akan tetapi bersakit sakit di kemudian hari. Pada saat kita sehat dan masih mampu bekerja, kita harus berusaha menabung sebagian penghasilan kita agar kelak saat sedang kesulitan keuangan, kita mempunyai cadangan uang untuk dipergunakan. Walaupun untuk itu kita harus menekan keinginan kita. Seperti sabda Nabi Besar Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Pergunakanlah untuk mendapatkan keberuntungan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya;
yaitu pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehat sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang masa kematianmu."



Selasa, 11 November 2008

Meredam Amarah

Mengelola perasaan marah memang tidak mudah. Kadangkala, kejadian sehari hari yang sepelepun bisa menimbulkan rasa marah. Apalagi saat sedang stress, hal sedikit saja yang kurang berkenan di hati, sudah cukup membuat tekanan darah kita melonjak naik dan membuat kita jadi uring - uringan.

Sebagai manusia, memiliki rasa marah adalah hal yang wajar. Namun kita harus bisa mengelolanya agar rasa marah kita tidak membuat kita bertindak negative. Banyak hal buruk terjadi jika kita membiarkan diri kita dikuasai amarah. Aura badan jadi panas, gelisah, jantung berdebar – debar dan hidup tidak tenang. Wajah pun jadi cepat tua kalau kita sering marah.

Kemarahan memang tidak bisa kita prediksi, datang dan pergi begitu saja. Namun, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meredam emosi kita, misalnya dengan melakukan hal- hal dibawah ini :

  1. Memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda
    Saat kita marah cobalah untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk menelaah masalah yang kita hadapi dengan logika. agar kita bisa mendapatkan pemecahan masalah yang terbaik untuk semua pihak.

  2. Relaks & Kalem
    Saat sedang datang amarah cobalah untu tarik nafas dalam dalam, regangkan otot otot kita yang sedang menegang. Dan tenangkanlah pikiran kita dengan memikirkan hal hal yang indah indah. Mudah - mudahan rasa marah kita bisa memudar dan emosi kita menjadi lebih stabil.

  3. Berwudhu
    Jika kita seorang muslim, wudhu adalah cara yang paling ampuh untuk melepaskan diri dari rasa marah yang sedang menguasai kita. Sejuknya air wudhu akan membuat pikiran kita menjadi lebih jernih dan perasaan menjadi lebih enteng.

Menjadi orang yang penyabar memang tidak mudah, tapi setidaknya kita harus belajar untuk bisa menjadi orang yang lebih sabar. Kemarahan hanya akan membuat kita jauh dari orang orang yang kita sayangi. Dan tidak ada manfaat apapun yang kita dapat jika kita mengumbar amarah, kecuali kehancuran.

Sabtu, 08 November 2008

My Little Angel


Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu…………
( Lyrik lagu Galang Rambu Anaki by Iwan Fals)

Bulan november ini anak saya Radithya Wisanggeni Rafarizky genap berusia 2 tahun. Tepatnya tanggal 20 nanti. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Serasa baru kemarin saya melahirkannya. Sekarang dia sudah mulai pintar ngomong, pintar bercanda dan pintar jajan. Setiap ada gerobak jualan yang lewat didepan rumah kami, mulai dari tukang bakso, bubur ayam sampai tukang jual krupuk dan tape, dia langsung berteriak memanggilnya. Dia juga sudah pintar merajuk jika keinginannya tidak kami penuhi.

Dulu, waktu pertama kali tahu saya hamil radith, saya sungguh senang sekaligus bingung. Senang karena Tuhan berkenan memberikan anugerah yang tidak ternilai bagi kami, bingung karena sebagai ibu muda yang baru hamil pertama kali dan jauh dari orang tua, saya belum tahu apa – apa yang harus saya lakukan untuk menjaga kehamilan saya dan mempersiapkan kelahirannya. Akhirnya saya lebih banyak browsing di internet tentang masalah kehamilan dan pertumbuhan bayi. Dan setiap kali ke toko buku saya selalu menuju ke rak buku tempat buku – buku tentang bayi dan balita. Yang saya bingungkan waktu itu sifat saya yang menjadi temperamental. Gampang marah dan cepat tersingung. Mungkin karena pengaruh perubahan hormon ibu hamil dan pengaruh bayi dikandungan.

Saat hamil radith, saya suka sekali makan sup ikan yongkee. Setiap kali makan sup ikan itu rasanya senang dan terasa enak sekali di lidah saya. Sangat berbeda jika saya makan sup itu sekarang. Walaupun masih tetap enak, namun tidak senikmat dulu disaat saya hamil. Mungkin itulah yang disebut orang ngidam.

Kehamilan adalah sebuah keajaiban. Rasanya aneh merasakan ada kehidupan lain di dalam tubuh kita. Merasakan bayi kita tumbuh dan melihat perut kita yang makin hari makin membuncit. Nyata sekali betapa besar kuasa Tuhan. Dan saat melahirkan menjadi moment bersejarah bagi saya dan suami. Rasa sakit yang luar biasa membuat saya lebih mengerti arti orang tua. Pasti seperti itu sakit yang dirasakan ibu saya saat melahirkan saya.

Namun, dari banyaknya informasi yang saya dapatkan semasa kehamilan, ada yang luput dari perhatian saya. Saya tidak pernah membaca dan mencari informasi tentang cara mengejan. Saat Dokter kandungan saya menyuruh saya mengejan agar bayi saya cepat keluar, barulah saya menyadari arti pentingnya hal tersebut. Dan saya belum pernah belajar melakukannya. Akhirnya learning by doing berdasarkan instruksi dokter saya saat itu. Walaupun dokter dan suster jadi sering berteriak karena saya sering salah mengejan. Ternyata sangat penting sekali ikut senam ibu hamil. Selain melatih pernafasan disitu juga diajari cara mengejan dengan benar. Namun pada saat itu tidak ada yang menyarankan saya untuk mengikuti senam tersebut sehingga tidak terpikirkan oleh saya untuk mengikutinya.

Alhamdullah, setelah berjuang semalaman, akhirnya anak kami lahir dengan selamat. Semua rasa sakit yang saya rasakan hilang seketika saat melihat buah hati saya. Yang ada hanya kegembiraan saat mendengar dia menangis ketika akan dibawa suster untuk dibersihkan.

Sebelum Radith lahir, saya sudah bertekad untuk memberinya ASI. Dan setelah dia lahir saya melaksanakan tekad saya. Walaupun awalnya saya kesulitan untuk melakukannya, namun saya terus berusaha. Saya mencari informasi tentang manfaat ASI bagi bayi dan bagaimana cara mendapatkan ASI yang berkulitas di internet dan di majalah - majalah. Dari informasi yang saya peroleh saya semakin yakin bahwa ASI adalah yang terbaik bagi Bayi Kita. Dan tidak ada satu susu formula bayipun yang bisa menandinginya. Walaupun susu bayi itu telah di tambah dengan aneka nutrisi dan vitamin yang katanya serupa dengan ASI. Tapi tidak akan sama dengan ASI. Memang kita akan repot karenanya tapi itu adalah investasi jangka panjang buat masa depan anak kita.

Menjadi ibu adalah kodrat sebagai seorang perempuan, namun untuk menjadi ibu yang baik butuh proses dan pembelajaran. Karena ternyata, membesarkan anak butuh kesabaran dan pengetahuan yang lebih. Anak adalah titipan Tuhan, dan sebagai orang tua kita berkewajiban memelihara dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang, mendidiknya agar kelak menjadi individu yang berguna bagi Agama dan sesama.
Selamat Ulang Tahun Anakku, Doa kami selalu menyertaimu!

Rabu, 05 November 2008

The Three Musketeers

(Dari Ki-ka : Nita, saya,hastuti dan esha diterminal tirtonadi solo saat akan berangkat mendaki gunung sindoro)

Sahabat yang baik adalah sebuah anugerah. Seperti halnya sebuah keluarga. Dengan sahabat kita bisa berbagi segala hal. Dari hal - hal kecil, sampai dengan rahasia terbesar kita sekalipun kita merasa aman untuk menceritakan kepadanya. Persahabatan yang tulus biasanya abadi. Walaupun waktu berubah, namun perasaan terhadap sahabat itu biasanya tetap sama. Sayang sekali, tidak mudah menemukan sahabat yang baik dewasa ini. Saat budaya materialistic semakin banyak dianut orang untuk menjadi pijakan hidup. Banyak orang yang mau berteman hanya karena punya kepentingan pribadi saja.

Sahabat terbaik saya, saya temukan waktu menjalani kuliah. Saya, Nita dan Esha . Kami tidak terpisahkan waktu di kampus. Dimana ada saya, disitu ada nita dan Esha. Begitupun sebaliknya. Kami berpisah hanya jika sedang mengikuti materi kuliah yang berbeda. Karena akrabnya, oleh teman - teman kuliah, kami dijuluki The Three Musketeers. The Three Musketeers? Lumayan jugalah batin kami. Mereka kan terkenal sebagai kelompok heroik dengan semboyan yang bagus : ONE for ALL and ALL for ONE. Yah… daripada dipanggil Trio Kwek Kwek ? pikir kami.

Kami menjalani masa kuliah selama kurang lebih lima tahun bersama sama. Saling membantu dan saling menguatkan. Sehingga bagi saya saat itu aktifitas kuliah menjadi aktifitas yang sangat menyenangkan. Seringkali kami mengobrol sampai lupa waktu. Dari obrolan tentang hal yang remeh temeh sampai hal – hal serius. Kadang itupun belum cukup. Pulang kuliah ngobrolnya kami lanjutkan lagi di rumah teman.

Sekarang kami sudah berjauhan. Sibuk menjalani kehidupan masing - masing. Nita menetap di Jakarta, Esha tinggal di Solo, dan saya di Batam. Terakhir saya ketemu dengan Nita tahun 2004. Waktu itu saya belum menikah. Kami janjian ambil cuti bersama. Jalan - jalan ke Yogya naik kereta api. Saat itu Esha tidak bisa ikut karena sedang hamil tua. Pulangnya kami duduk – duduk dan ngobrol panjang lebar di Candi Prambanan sampai gerbang candi ditutup oleh penjaganya. Dan kami pun berlari - lari keluar dari area candi menuju ke terminal bis Kota Yogya - Solo. Sedangkan dengan Esha, setiap kali saya pulang Solo saya selalu menyempatkan untuk singgah ke rumahnya. Dan kami akan tertawa - tawa seperti masa kuliah dulu. Saya sungguh beruntung bertemu dengan mereka dalam kehidupan saya. Mereka mewarnai hari - hari saya, memeluk saya disaat saya sedih, dan selalu memberi masukan yang baik setiap kali saya membutuhkannya.

Selasa, 04 November 2008

Jomblo

Dalam beberapa edisi kompas minggu, di rubrik konsultasi psikologi asuhan Psikolog Agustine Dwiputri diulas tentang Perempuan melajang. Bahkan beliau mengulasnya sebanyak 2 kali dalam 3 minggu ini. Banyak sekali tanggapan yang beliau terima dari pembahasan edisi pertama tanggal 19 Oktober 2008 yang di beri judul Jomblo, hingga akhirnya dibuat kelanjutannya. Semua tanggapan yang beliau terima berasal dari kaum hawa dan belum ada tanggapan yang berasal dari kaum adam. Sehingga dalam rubrik tersebut lebih banyak dibahas problematika perempuan lajang.

Memang, pada kenyataanya banyak disekitar kita, baik perempuan maupun laki laki yang secara umur sudah dianggap cukup untuk berkeluarga, namun masih belum menemukan pendamping yang tepat dalam hidupnya. Secara kuantitas lebih banyak wanita daripada laki laki yang masih melajang. Mungkin karena perbandingan laki - laki dan perempuan didunia ini lebih banyak perempuannya. Dilingkungan kerja sayapun masih banyak gadis - gadis yang masih menjomblo. Kadang saya berpikir apa kurangnya mereka. Karir ada, wajah cantik, atitude pun baik. Kenapa kok mereka belum menemukan pasangan hidup juga. Ada seorang sahabat baik saya yang sampai saat ini masih sendiri mengatakan kalau dia paling sebal jika ditanya kapan menikah. Didalam lingkungan keluarganya hanya dia seorang yang belum berumah tangga, sementara adik – adiknya yang 3 orang sudah menikah semua. Kalau ada acara kumpul keluarga tinggal dia yang selalu ditanya - tanya masalah itu. Karena merasa kurang nyaman, kadang dia malas kalau disuruh datang di acara – acara keluarganya.

Saya maklum dengan perasaan teman tadi, kalau saya jadi dia mungkin saya juga akan merasakan hal yang sama. Stigma negative dari lingkungan yang mengharuskan perempuan menikah pada saat umurnya sudah dianggap dewasa inilah yang kadang membuat teman - teman lajang saya tertekan. Toh bukan salah mereka kalau mereka belum menemukan pendamping hidup. Mungkin jodoh mereka memang belum datang masanya.

Setiap orang mempunyai garis hidup yang berbeda – beda. Cara kita menikmati hidup yang menentukan kebahagiaan kita. Menurut saya jomblo bukanlah aib yang harus di ratapi. Banyak hal – hal positif yang bisa dilakukan. Banyak kesenangan yang di dapat jika anda masih lajang. Anda bisa bebas bepergian kemana anda suka, dan anda lebih banyak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Berbeda jika sudah menikah. Waktu untuk diri sendiri semakin sedikit, karena kita telah disibukan dengan masalah anak dan keluarga.

Saran saya untuk teman – teman yang masih melajang :
  1. Bukalah hati anda, jangan menutup diri dan jangan biarkan masa lalu membelenggu anda, sehingga membuat hati anda tertutup untuk cinta berikutnya.
  2. Perluas wawasan dengan banyak membaca sehingga pengetahuan anda bertambah.
  3. Perluas jaringan pergaulan anda dengan ikut komunitas -komunitas yang sesuai dengan minat anda. Misalnya ikut kelompok back packer, komunitas pecinta lingkungan, join friendster dan lain lain yang membuka peluang bertemu orang baru. Siapa tahu salah satu dari mereka bakal menjadi jodoh anda.
  4. Berdoalah kepada Tuhan agar dipertemukan dengan jodoh yang terbaik untuk anda.

Segala sesuatu akan datang dengan indah pada masanya, bersabarlah, dan saya doakan agar saudara dan teman - teman perempuan saya yang masih melajang segera menemukan jodohnya. Hingga suatu saat akan saya bilang kepada mereka : Selamat datang di dunia Ibu-ibu!

Senin, 03 November 2008

My Favourite Radio

Baru hari ini saya melihat video clip lagu Can't fight This Feeling yang dinyanyikan oleh grup band Reo Speedwagon di http://www.youtube.com/. Jadul sekali video clipnya. Penampilan penyanyinya pun sama . Dengan rambut mereka yang kriting kriting ala richard mark, sangat aneh untuk jaman sekarang dimana rambut lurus sedang menjadi trend.

Lagu – lagu REO speedwagon sangat populer di tahun 80 - an. Disamping Can’t fight this feeling, lagu mereka yang sangat saya sukai adalah yang berjudul In My Dream. Pertama kali saya mengenal lagu – lagu mereka dari kakak perempuan saya yang selisih umur 11 tahun dengan saya. Saat itu saya masih duduk di sekolah dasar. Sedangkan kakak saya sudah remaja. Dia suka sekali mendengarkan radio. Pada masa itu, radio favoritnya adalah radio PTPN rasitania. Salah satu nama station radio Am yang ada di Solo. Lagu- lagu yang diputar bagus - bagus. Salah satunya adalah lagu -lagu REO Speedwagon. Biasanya kakak mendengarkan radio saat dia menyetrika, atau saat sedang duduk -duduk di beranda depan rumah.

Kebiasaan kakak saya mendengarkan radio menular ke saya. Malah saya lebih parah lagi. Dulu waktu masih dikampung halaman saya, saat saya masih sekolah, segala aktifitas saya tidak pernah jauh dari benda yang ditemukan oleh Guglemo Marconi itu. Apalagi kalau hari libur sekolah. Dari saya bangun tidur sampai saya berangkat tidur, pesawat radio selalu ada disamping saya. Saya sudah terbiasa belajar sambil mendengarkan radio. Dulu station favorit saya bernama Radio SAS FM, singkatan dari Sasana Adi Suara. Kantornya ada di sekitar Solo Baru. Penyiar favorit saya mempunyai nama udara Herman Jambujay. Nama yang aneh ditelinga saya. Herman Jambujay memiliki suara yang bagus, orangnya kocak, dan kalau dilihat dari candaanya, menggambarkan sosok yang smart. Setiap bertugas dia memutarkan lagu – lagu yang pas dengan selera saya.

Sampai Sekarangpun saya masih suka mendengarkan radio. Walaupun intensitasnya tidak seperti dulu. Chanel Radio pilihan saya sekarang adalah Gold 90.5 FM dan Class 95 FM. Kedua station radio tersebut bernaung dibawah bendera Mediacorp Singapore. Saya suka channel itu karena lagu - lagu yang diputar adalah lagu lagu era 60 - 80 an, disamping itu jeda iklannya juga sedikit jadi enak mendengarkannya. Biasanya sambil menidurkan anak saya, saya menyetel radio tersebut. Bagi saya mendengarkan radio mempunyai kenikmatan tersendiri. kita tidak tahu lagu apa yang akan diputar selanjutnya. Jadi kalau kebetulan lagu favorit saya yang diputar saya seperti mendapat hadiah. Kadang saya bertanya, apakah kebiasaan saya ini juga akan menurun ke anak saya kelak. Yah.... Wallohu Alam.

Minggu, 19 Oktober 2008

Jombong... Oh.. Jombong

Bagi saya, mawar adalah bunganya bunga. Bunga mawar begitu indah di mata saya. Saya merasa senang setiap kali memandangnya. Apalagi mencium aromanya, mengingatkan saya pada masa di saat saya menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di semester akhir saya dulu.

Saya mengikuti program KKN yang diwajibkan oleh kampus saya, di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 1998. Pada saat itu nilai KKN menjadi salah satu nilai pokok syarat kelulusan untuk mendapat gelar sarjana. Lokasi KKN ditentukan oleh pihak universitas. Beberapa teman saya bilang kalau kita mau dapat tempat lokasi KKN yang enak dalam artian dekat dengan kota dan bukan desa yang terpencil kita harus meloby ke pihak tata usaha universitas. "Wah.. itu namanya KKN diatas KKN dong...” kata saya. “ Yah.. namanya usaha” ujar teman saya membela diri.

Begitulah, mungkin karena saya termasuk diantara mahasiswa yang “tidak berusaha” saya mendapat lokasi KKN yang sangat jauh dari kota. Desa Jombong namanya, ia masuk wilayah kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali. Sebuah desa yang terletak dilereng gunung Merbabu. Kami satu kelompok terdiri dari 6 orang mahasiswa, yang berasal dari fakultas yang berbeda – beda. 3 laki – laki dan 3 perempuan. Ada yang dari kedokteran, FISIP, FKIP, Pertanian, dan sastra. Saya sendiri dari jurusan ekonomi.

Pertama kali kami meninjau lokasi KKN, kami kesulitan menemukan desa tersebut. Sempat kami nyasar beberapa kali. Herannya setiap kami bertanya kepada penduduk setempat kemana arah ke desa jombong mereka selalu bilang “ Oh.. desa jombong ya dik. Itu sudah dekat kok. Dibalik desa sebelah..” . Tapi setelah kami cari ternyata masih jauh lagi. Teman saya bilang mungkin bagi penduduk yang kami tanya tadi dekat itu sama dengan satu lompatan kaki jin, makanya buat kita jauh. Saya tertawa mendengarnya. Pada akhirnya kami sampai juga di desa tersebut.

Desa Jombong memiliki pemandangan yang sangat indah. Apa lagi saat matahari terbenam. Puncak merbabu tampak begitu dekat. Kebun - kebun penduduk banyak ditanami pohon mawar. Mayoritas penduduk desa Jombong adalah petani tembakau dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Selama kami menjalani program KKN, kami tinggal dirumah bapak sekretaris desa Jombong. Pak Sekdes mempunyai dua orang istri. Istri tua tinggal dirumah yang terletak didepan, sedang istri mudanya tinggal dirumah belakang. Jarak rumah depan dengan rumah belakang dipisahkan oleh halaman yang dijadikan sebagai tempat jemuran. Saya tidak tahu apa resep pak Sekdes sehingga kedua istrinya bisa rukun seperti itu.

Kami berenam tidur dirumah istri tua. Sedangkan untuk makan, kami makan di tempat istri muda. Karena beliaulah yang memasak makanan kami. Hampir setiap pagi setelah sholat subuh, saya dan teman – teman wanita jalan - jalan pagi menikmati indahnya pemandangan dijombong. Hembusan angin yang membawa aroma mawar dari kebun – kebun penduduk, dan sejuknya embun pagi terasa sangat menenangkan. Pernah waktu jalan pagi pertama kami, kami kesenangan melihat banyaknya bunga mawar yang bemekaran di kebun. Dengan antusias kami memetik bunga mawar itu. Kami taruh dalam gelas yang diisi air untuk menghias ruangan kami. Baru siangnya kami tahu, teryata bunga mawar itu ditanam bukan untuk hiasan seperti biasanya dirumah kami sendiri, namun dijual oleh ibu sekdes ke pasar sebagai bunga tabur. Kami merasa sangat bersalah waktu mengetahuinya, dan kami tidak lagi memetik mawar – mawar itu hanya sekedar menikmati aroma dan keindahannya saja.

Selama satu bulan menjalani masa KKN kami merasa betah. Kami mengisi program KKN kami dengan program – program pengabdian masyarakat antara lain : Posyandu lansia, Posyandu Balita, Penyuluhan kesehatan, Pendataan penduduk dan Bazar murah. Khusus untuk program penyuluhan, kegiatan dilakukan diwaktu malam hari sekitar jam 19.00. karena siang hari penduduk sibuk berladang. Kami harus berjalan kaki malam - malam untuk menuju dusun - dusun yang terletak di wilayah desa jombong. Dusun satu dengan dusun lainnya letaknya saling berjauhan dan dipisahkan oleh ladang penduduk. Pada waktu itu kami agak takut juga berjalan di keremangan malam, tanpa ada penerangan lampu jalan. Hanya cahaya bintang dan lampu senter yang menerangi perjalanan kami. Kadang – kadang sayup - sayup terdengar suara aneh seperti suara gamelan atau musik. Saya pikir mungkin itu suara – suara yang berasal dari desa lain yang terpantul oleh alam pegunungan sehingga suaranya bisa jadi aneh seperti itu. Namun kami senang dengan kegiatan tersebut, karena penduduk menyambut kami dengan ramah, dan antusias bertanya kepada kami hal - hal yang mereka ingin tahu. Apabila tidak ada jadwal penyuluhan biasanya kami duduk diatas dipan besar sambil membantu ibu sekdes memisahkan bunga cengkeh yang baru dipetik dari kebun belakang dari gagangnya. Baru kali itu saya melihat bunga cengkeh segar. Harum sekali baunya. Kadang kami melihat Bapak - bapak yang sedang mengiris tembakau hasil panen mereka untuk di jemur esok hari.

Masa KKN selama satu bulan itu sangat membekas di hati saya dan teman teman. Namun setelah angkatan saya program KKN dihentikan. Padahal banyak manfaat yang kami peroleh dari program tersebut. Dan dari program itulah saya bisa sampai di desa Jombong. Hingga sekarang saya masih rindu dengan suasana desa itu. Ingin suatu saat saya bisa mengunjungi desa itu kembali. Sekedar untuk bersilaturahmi dan mencium harum mawarnya. (*)

Kamis, 16 Oktober 2008

Full Time Mother Vs Working Mother

Disuatu pagi, disaat saya harus berangkat kerja, langkah saya tertahan oleh anak saya yang menangis meraung raung minta ikut. ” Itut unda….. Itut unda…” katanya dengan bahasa yang masih cadel sambil menjulurkan tangan minta digendong. Berat hati saya meninggalkan dia, namun tidak mungkin bagi saya tidak masuk kerja pada hari itu, akhirnya saya gendong dia dan kami memutari kompleks perumahan sambil naik motor. Saat duduk di motor, dia peluk saya dan tidak mau duduk sendiri seperti biasanya ketika kami sedang jalan-jalan. Setelah sampai didepan rumah kami, saya serahkan anak saya ke pengasuhnya. Kembali anak saya menangis minta ikut. Bahkan lebih nyaring dari sebelumnya. Namun saya harus berangkat kerja, dengan rasa sedih saya meninggalkan dia yang masih menangis sambil memanggil nama saya.

Sepanjang perjalanan ke kantor pikiran saya masih tertuju pada anak saya. Seandainya saja saya seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja, tentu saya bisa menemaninya sepanjang hari. Mungkin saat ini, hal itulah yang diinginkan anak saya. Teringat saya dengan seorang karib saya, yang akhirnya memutuskan resign dari tempat kerjanya sebagai Staff Accounting di sebuah hotel di kota solo, karena tidak sanggup berpisah dengan anaknya untuk bekerja. Di tempat kerjanya, teman saya ini selalu membayangkan dan mengkhawatirkan anaknya. Setiap saat dia sibuk menelpon menanyakan keadaan anaknya. Bagaimana makan anaknya, tidurnya, dan sebagainya. Hingga akhirnya dia memutuskan memilih menjadi seorang full time mother, menjadi ibu rumah tangga saja dan tidak bekerja. Baginya, lebih baik dia mengajukan surat pengunduran diri karena dia merasa sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi saat harus menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan kantor.

Namun untuk sekarang ini belum saatnya bagi saya untuk mengikuti jejak langkah dia. Menjadi seorang Full time mother. Tingginya biaya hidup, dan makin banyaknya kebutuhan rumah tangga menjadi dasar pertimbangan saya. Selain itu, selagi Tuhan masih memberi peluang dan membuka kesempatan kepada saya untuk membantu suami mencari nafkah, kenapa saya sia – siakan. Yang jelas semuanya saya lakukan demi keluarga. Demi anak saya.

Menjadi seorang full time mother ataupun working mother adalah sebuah pilihan. Keduanya sama - sama mulia. Masing – masing mempunyai konsekwensi tersendiri. Yang jelas, apapun pilihan kita, kita harus selalu berusaha memperluas cakrawala berpikir, mencari informasi dan ilmu sebanyak – banyaknya, agar kita bisa mencapai tujuan akhir kita, menjadi ibu yang baik.

Dengan Menyebut Nama Allah


Dengan Menyebut Nama Allah
Jalani Hidupmu

Yakinkan Niatmu
Jangan Pernah Ragu

Dengan Menyebut Nama Allah
Bulatkan Tekadmu
Menempuh Nasibmu
Kemanapun Menuju

Serahkanlah Hidup Dan Matimu
Serahkan Pada Allah Semata
Serahkan Duka Gembiramu
Agar Damai Senantiasa......... Hidupmu

( Lirik lagu karya Dwiki Darmawan )

Minggu, 12 Oktober 2008

Berpikir Positif

menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia ......... Selamanya

Bait diatas adalah bagian dari lagu theme song film Laskar pelangi yang dinyanyikan oleh Group Band Nidji. Saat ini Filmnya sedang di putar di bioskop – bioskop seluruh Indonesia. Sebuah film yang penuh inspirasi.

Memang, dunia tidak seindah surga, dan hidup tidak selalu indah. Saat roda kehidupan sedang bergulir diatas dan kebahagian sedang meliputi hati kita, kadang kita lupa diri. Namun pada saat roda kehidupan sedang bergulir ke bawah kita meratap – ratap, dan kita merasa sebagai orang yang paling malang didunia. Begitulah manusia… tempat khilaf dan lupa.

Bagaimanapun selama kita masih bernafas, roda kehidupan akan selalu berputar. Tangis dan tawa akan datang silih berganti, karena hidup selalu berubah. Saat kesenangan datang kita harus belajar bersyukur atas anugerah yang maha kuasa, dan saat kesedihan datang, semestinya kita harus belajar berpikir positif . Mungkin Tuhan sedang menegur kita, karena Dia sayang kita. Agar kita bisa memperbaiki diri dan merenungi hidup yang telah kita lalui. Sehingga kita tidak menjadi manusia yang jumawa, dan mau belajar dan terus belajar. Agar kedepan kita bisa lebih baik dalam menjalani peran kita sebagai hambaNya.

Kamis, 09 Oktober 2008

Dua Bait Sajak Tiga Larik

















AKU batang lilin dan kau sumbu,
api yang menyala itu tak tahu bahwa
terang cahayanya adalah cinta kita.

AKU akar pohon dan kau dedaunan,
tangkai yang rapuh itu tak tahu bahwa
bunga yang mekar padanya adalah cinta kita.


( sajak karya Hasan Aspahani)

Jangan Khawatirkan Esok

Beberapa minggu kemarin sebelum kepulangan pembantu saya ke kampung halamannya di Palembang, saya pusing memikirkan bagaimana nanti kalau setelah kepulangan dia saya belum dapat pembantu pengganti. Bagaimana saya harus menyiapkan segala sesuatu menjelang Lebaran dan bagaimana anak saya nanti kalau saya tinggal bekerja. Kadang sampai malam, pikiran saya sibuk dengan kekhawatiran-kekhawatiran ini. Yang paling mengkhawatirkan saya adalah anak saya. Dengan siapa nanti dia saya tinggal di rumah, dan membayangkan dia harus beradaptasi dengan orang baru.

Namun ternyata apa yang kita khawatirkan kadang tidak terjadi. Seperti halnya saya. Pada saat saya menitipkan anak saya ke tempat kakak saya, karena saya harus masuk kerja. Ternyata kakak saya sedang dititipi pekerja rumah tangga yang sebelumnya kerja di Malaysia. Namun karena izin kerjanya belum selesai dia transit dulu ke Batam. Melihat kerepotan saya, kakak saya mengizinkan saya membawa si mbak tersebut ke rumah saya, untuk sementara membantu saya di rumah dan membantu menjaga anak saya, sebelum saya mendapatkan pembantu tetap.

Alhamdulillah saya ucapkan. Dan saya tersadar akan kesalahan saya. Bahwa seharusnya saya tidak boleh terlalu mengkhawatirkan hari esok. Bahwa seharusnya saya memasrahkan masalah hidup saya kepada Tuhan. Karena hanya melalui izin-Nya lah segala bantuan akan datang. Bantuan yang benar-benar tidak kita sangka dari mana arah datangnya. Memang, hidup bukanlah hitungan matematika. Seperti pernah saya baca dalam buku La Tahzan karangan Aidh Al-Qarni, bahwa kita tidak perlu terlalu memikirkan dan mengkhawatirkan pada apa yang akan terjadi besok. Karena hari esok itu milik Tuhan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di esok hari. Apakah kita masih hidup atau tidak. Yang perlu kita isi dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya adalah segala anugerah yang diberikan Tuhan dihari ini.

Seperti orang bijak bilang... Yesterday is A history, Tomorrow is a mistery, and Today is a Gift... That 's why it is called PRESENT. (*)

Selasa, 16 September 2008

Menulis? Siapa Takut?

Sebelumnya, tidak pernah terbayangkan bagi saya untuk membuat blog sendiri meskipun di kantor saya ada fasilitas internet yang bisa memudahkan saya. Saya lebih suka menjadi pembaca dan penikmat blog orang lain. Blog walking dari satu blog teman ke blog teman lain di waktu luang saya. Dengan harapan saya bisa mendapat tambahan wawasan dari tulisan-tulisan mereka. Dan memang, saya banyak mendapat manfaat dari tulisan-tulisan yang saya baca. Dari resep masakan sampai tips-tips mendidik anak.

Hingga akhirnya awal September ini suami saya membuatkan blog untuk saya. Kurang lebih seminggu setelah dia daftarkan blog ini, tidak satupun tulisan yang bisa saya buat dan saya posting. Setiap hari saya ditanya suami kapan blog itu akan saya isi. Saya bilang saya gak cukup percaya diri untuk menulis. Apalagi dibaca oleh orang banyak. Suami saya bilang tulis sajalah… apapun yang ingin ditulis. Saya berpikir mungkin mudah bagi dia menulis karena kerjaannya memang jurnalis. Tapi bagi saya? Kayaknya saya gak ada bakat dech.... kata saya dalam hati.

Dulu pernah saya punya sebuah buku diary, itu terjadi saat saya masih Anak Baru Gede. Hampir tiap hari saya mengisinya. Tentu saja dengan tulisan gaya ABG yang kekanak kanakan. Apapun saya tulis di situ. Dari kejadian sehari-hari yang remeh temeh sampai masalah-masalah sekolah. Hingga suatu saat setelah selesai menulis, saya pergi karena ada urusan. Diary saya taruh di bawah bantal . Tidak tahunya, kakak saya menemukan diary tersebut dan membacanya. Saat saya kembali dan mendapatkan kakak saya sedang membaca diary saya, saya marah sambil menangis (sebenarnya, itu lebih karena rasa malu karena tulisan saya yang tidak jelas arahnya itu dibaca oleh orang lain). Alhasil, saya mendiamkan kakak saya beberapa hari karenanya. Dan sejak saat itu saya tidak mau menulis lagi.

Namun suami saya terus berusaha mendorong dan meyakinkan saya, bahwa banyak sekali manfaat yang akan saya peroleh dari kebiasaan menulis. Dengan menulis kita bisa mengasah otak, berpikir dengan cara yang lebih baik, bisa memotivasi diri dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Karena tulisan dapat juga digunakan untuk menjadi saluran perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi pikiran dan tubuh secara fisik dan mental. Saya pikir benar juga. Kenapa saya tidak mencobanya.

Akhirnya saya putuskan untuk belajar menulis, menuangkan ide ide dan apa yang ada di pikiran saya yang mudah mudahan berguna bagi saya dan bagi orang lain yang membacanya. THANKS HUBBY !! (*)

Senin, 15 September 2008

Susahnya Cari Pembantu di Batam

Tidak lama lagi pembantu yang biasa ngurusin anak kami pulang kampung untuk berlebaran. Dengan alasan mau tinggal di kampung si Mbak ini bilang tidak akan balik lagi ke rumah kami. Kurang lebih selama 10 bulan si Mbak tinggal di rumah kami. Dan kami sudah menganggap dia seperti keluarga sendiri. Anak sayapun sudah lengket dengannya.

Tapi yah begitulah, keinginan dia berhenti kami hormati, tinggallah kami yang berusaha untuk mencari gantinya. Tidak mudah memang mencari pekerja rumah tangga di Batam ini. Mungkin karena letak pulau yang jauh yang mesti ditempuh dengan menyeberang lautan menjadikan orang berpikir dua kali untuk menjadi pekerja rumah tangga di Batam. Mungkin di pikiran mereka lebih baik ke luar negri sekalian seperti Malaysia ataupun Singapura sebagai TKW, daripada di Batam.

Kesulitan mencari pembantu rumah tangga ini bukan cuma saya yang merasakan. Banyak rekan-rekan kerja saya yang punya anak batita bilang betapa susahnya mencari pembantu untuk jaga anaknya. Kalaupun dapat, kadang-kadang bertahan bekerja 2 atau 3 bulan saja. Bahkan ada rekan saya sebut saja Mbak Yanti dalam waktu 2 tahun sudah berganti pembantu lebih dari 7 kali. Dan karena ketiadaan pembantu ini terpaksa mereka harus membawa anaknya sembari bekerja di kantor.

Bagi kami kaum ibu rumah tangga yang juga bekerja, keberadaan pembantu rumah tangga sangat penting. Dengan adanya mereka, pekerjaan rumah tangga bisa terbantu dan terutama ada yang menjaga dan mengawasi anak pada saat kami masih berkutat dengan pekerjaan kantor. Biasanya, kami mencari pembantu rumah tangga dengan cara-cara berikut :

  • Memasang iklan di media massa
    Berdasarkan pengalaman, memang banyak respon saat kita memasang iklan di media masa, namun kita harus lebih selektif dalam memilih kandidat apabila kita pilih cara ini. Karena ada beberapa pengalaman teman-teman saya, dimana yang menelpon adalah orang orang yang lagi dalam masa tunggu karena habis kontrak dari pekerjaan nya yang lama sebagai operator dan dalam tahap menunggu panggilan kontrak berikutnya. Yang seperti ini biasanya tidak akan bertahan lama. Sebaiknya pilih yang memang benar-benar mau bekerja

  • Memakai Jasa Penyalur Pembantu Rumah Tangga
    Apabila pakai cara ini kita diharuskan mengeluarkan sejumlah uang sebagai deposit kepada Agen penyalur PRT yang kita pilih. Sebaiknya pilih agen PRT yang terdaftar demi keamanan. Dan sedikit cerewet pada saat meninterview calon pembantu yang akan kita pilih saya rasa merupakan yang terbaik agar kita lebih tahu latar belakang calon tersebut.
  • Mendatangkan pembantu sendiri dari Kampung.
    Ada beberapa orang yang lebih memilih untuk memakai cara ini. Biasanya calon pembantu orang yang sudah kita kenal atau setidaknya ada referensi dari saudara atau teman tentang orang tersebut. Cara ini cukup ribet dan agak lama memang. Kita harus cari informasi dulu apakah ada calon kandidat yang bisa kita rekrut. Belum lagi kita harus menyediakan dana yang cukup untuk membelikan tiket mereka. Saya pribadi lebih suka cara ini. Rasanya lebih nyaman meninggalkan buah hati kita kepada orang yang kita tahu asal usulnya.

Bagaimanapun, cara-cara di atas pasti ada sisi plus dan minusnya. Tetapi ada atau tidak ada pembantu, anak adalah tanggung jawab kita sepenuhnya. Dan hidup harus tetap berjalan seperti biasa. (*)

Makaryo Ngupoyo Upo

Kalau anda bukan orang Jawa, anda pasti bertanya. Kalimat apakah itu? Makaryo ngupoyo upo adalah bahasa Jawa yang kalo diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya: bekerja mencari sebutir nasi. Kalimat ini saya temukan dalam friendster seorang sahabat untuk menamai salah satu koleksi fotonya saat dia sedang bekerja di kantornya.

Saat saya baca pertama kali kalimat itu membuat saya tertawa ngakak karena makaryo ngupoyo upo itu kesannya seseorang yang bekerja sangat keras dengan keringat yang bercucuran hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Sementara dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan multinasional yang cukup bonafid yang memproduksi salah satu merek sepatu olah raga terkenal (sehingga saya membayangkan berapa upo yang dia kumpulkan).

Dewi, teman saya tersebut tumbuh dalam lingkungan keluarga dengan pedidikan agama Kristen yang kuat. Ayahnya adalah seorang guru SMP, dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Dengan kehidupan ekonomi yang bisa dibilang pas-pasan dibandingkan dengan jumlah anak yang harus dibiayai dan disekolahkan.

Entah kenapa (barangkali ini adalah warisan genetic) dewi bersaudara rata rata berotak cemerlang. Sekarang saudara-saudara nya sudah bekerja di tempat yang cukup bagus dengan kehidupan yang cukup mapan. Bahkan ada beberapa saudara dewi yang berkesempatan untuk kuliah di luar negri atas biaya instansi tempat mereka bekerja.

Kerja keras dan pantang menyerah adalah kunci dari kesuksesan yang diwariskan oleh ayahnya. Selain mengajar pagi di sebuah SMP negri di Surakarta, sorenya, sang ayah sibuk mengajar privat beberapa anak sekolah di rumahnya. Di depan rumah mereka, disediakan bangku berderet-deret layaknya ruang kelas, yang tiap sore ramai dengan anak anak yang datang untuk belajar. Dan semangat kerja keras dan pantang menyerah itu menurun juga ke dewi dan saudara saudaranya.

Pernah waktu kami mendaki gunung bersama, saat kami sudah kepayahan dan hampir menyerah.. dia selalu bilang, ''Ayo.. kamu pasti bisa!!'' sambil menarik tangan saya dan kami berjalan tertatih tatih. Hingga akhirnya sampai juga kami ke puncak Gunung Sindoro yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh kami akan berhasil melaluinya. Dan itulah yang saya suka dari dia. Selalu menebarkan semangat di sekelilingnya. Seorang teman yang saya kenal sangat ulet dan optimis dalam menjalani kehidupan. Teman yang saya kenal sejak saya sekolah di SMP di Surakarta dan ketemu lagi waktu kami sama sama kuliah di salah satu perguruan tinggi di Solo. Seorang yang sedikit introvert tapi kalo bercanda sangat smart dengan joke jokenya.

Begitulah, orang tua dewi memang bukan satu satunya contoh orang tua yang dalam keterbatasan berhasil mengantarkan anak-anak mereka ke gerbang keberhasilan, masih banyak orang tua-orang tua yang dengan kerja kerasnya mampu membuat anak mereka lebih baik dari yang bisa mereka capai. Mereka tidak perlu seorang motivator melakukan itu. Rasa cinta yang tulus terhadap keluarga yang menjadi api sumber motivasi yang tidak pernah padam. Cinta memang bisa mengubah dunia. Dan ini sangat menginspirasi saya. Bagaimana saya harus belajar pada mereka. Untuk menjadikan generasi saya lebih baik dari yang bisa saya gapai sekarang. (*)

Kamis, 11 September 2008

Stay the Same

Don't you ever wish you were someone else,
You were meant to be the way you are exactly.
Don't you ever say you don't like the way you are.
When you learn to love yourself, you're better off by far.
And I hope you always stay the same,
cuz there's nothin' 'bout you I would change.

I think that you could be whatever you wanted to be
If you could realize, all the dreams you have inside.
Don't be afraid if you've got something to say,
Just open up your heart and let it show you the way.

Believe in yourself.
Reach down inside.
The love you find will set you free.
Believe in yourself, you will come alive.
Have faith in what you do.
You'll make it through.

(salah satu lagu favorit kami di rumah, dari Joey McIntyre)

Selasa, 09 September 2008

Aku Ingin


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(puisi ini karya Sapardi Djodo Damono. Kami cetak di kartu undangan pernikahan kami, 26 Desember 2005)