Kamis, 16 Oktober 2008

Full Time Mother Vs Working Mother

Disuatu pagi, disaat saya harus berangkat kerja, langkah saya tertahan oleh anak saya yang menangis meraung raung minta ikut. ” Itut unda….. Itut unda…” katanya dengan bahasa yang masih cadel sambil menjulurkan tangan minta digendong. Berat hati saya meninggalkan dia, namun tidak mungkin bagi saya tidak masuk kerja pada hari itu, akhirnya saya gendong dia dan kami memutari kompleks perumahan sambil naik motor. Saat duduk di motor, dia peluk saya dan tidak mau duduk sendiri seperti biasanya ketika kami sedang jalan-jalan. Setelah sampai didepan rumah kami, saya serahkan anak saya ke pengasuhnya. Kembali anak saya menangis minta ikut. Bahkan lebih nyaring dari sebelumnya. Namun saya harus berangkat kerja, dengan rasa sedih saya meninggalkan dia yang masih menangis sambil memanggil nama saya.

Sepanjang perjalanan ke kantor pikiran saya masih tertuju pada anak saya. Seandainya saja saya seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja, tentu saya bisa menemaninya sepanjang hari. Mungkin saat ini, hal itulah yang diinginkan anak saya. Teringat saya dengan seorang karib saya, yang akhirnya memutuskan resign dari tempat kerjanya sebagai Staff Accounting di sebuah hotel di kota solo, karena tidak sanggup berpisah dengan anaknya untuk bekerja. Di tempat kerjanya, teman saya ini selalu membayangkan dan mengkhawatirkan anaknya. Setiap saat dia sibuk menelpon menanyakan keadaan anaknya. Bagaimana makan anaknya, tidurnya, dan sebagainya. Hingga akhirnya dia memutuskan memilih menjadi seorang full time mother, menjadi ibu rumah tangga saja dan tidak bekerja. Baginya, lebih baik dia mengajukan surat pengunduran diri karena dia merasa sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi saat harus menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan kantor.

Namun untuk sekarang ini belum saatnya bagi saya untuk mengikuti jejak langkah dia. Menjadi seorang Full time mother. Tingginya biaya hidup, dan makin banyaknya kebutuhan rumah tangga menjadi dasar pertimbangan saya. Selain itu, selagi Tuhan masih memberi peluang dan membuka kesempatan kepada saya untuk membantu suami mencari nafkah, kenapa saya sia – siakan. Yang jelas semuanya saya lakukan demi keluarga. Demi anak saya.

Menjadi seorang full time mother ataupun working mother adalah sebuah pilihan. Keduanya sama - sama mulia. Masing – masing mempunyai konsekwensi tersendiri. Yang jelas, apapun pilihan kita, kita harus selalu berusaha memperluas cakrawala berpikir, mencari informasi dan ilmu sebanyak – banyaknya, agar kita bisa mencapai tujuan akhir kita, menjadi ibu yang baik.

Tidak ada komentar: