Selasa, 15 November 2011

Buah Mangga " Kiriman " Ayah

Pohon mangga itu ditanam ayahku saat aku masih duduk di pertengahan bangku kuliah. Ditanam di belakang sumur kerek yang sekarang sudah berubah menjadi sumur pompa listrik. Setiap hari ayahku merawat mangga itu dengan sabar. Ditaruhnya kayu kecil untuk menyangga batang pohonnya yang masih rapuh.

Dulu aku tak pernah memperhatikan pohon mangga itu. Pohon itu tumbuh begitu lambat. Kadang daun daunnya berwarna putih diserang penyakit tanaman. Ayahku selalu sabar mengurusnya, menyirami dan memetik daun daunnya yang rusak diserang hama.

Saat aku lulus kuliah dan memutuskan untuk merantau ke luar jawa, kuingat ayahku melepas anak bungsunya ini dengan berat. Namun seperti biasa, Ayah tak pernah melarang sesuatu yang sudah jadi keinginanku. Saat itu aku tidak bisa merasakannya. Semangat muda dengan rasa optimis yang meledak ledak membuat aku tidak bisa membaca arti dibalik raut wajah ayahku.

Setahun aku dirantau, ayah jatuh sakit. Saat aku pulang kerumah dan menjenguknya aku sudah mendapati ayah yang sudah tidak sadarkan diri, dan tidak bisa berbicara lagi. Hatiku begitu hancur melihatnya, ketika aku menggenggam tangannya dan membisikkan padanya bahwa aku sudah datang, aku merasa ayah meremas tanganku. Menandakan bahwa beliau tahu kehadiranku. Beberapa hari setelah itu ayahku meninggal. Saat itulah aku merasakan kepedihan yang luar biasa ditinggal ayahku, rasa penyesalan yang sangat mendalam karena aku merasa belum membahagiakan beliau dan belum bisa membelikan beliau apa yang beliau suka.

Sepeninggal beliau aku kembali merantau, dan melanjutkan hidupku disini. Dan pohon mangga peninggalan ayahku terus tumbuh subur dan berbuah lebat. Saat aku pulang kerumah untuk menengok ibu sakit, kulihat pohon mangga itu sudah banyak sekali buahnya. Buah yang besar besar tumbuh menggantung di setiap rantingnya. Namun aku belum berkesempatan untuk mencicipinya.

Hingga beberapa hari kemarin saat Kakakku mengirimkan mangga itu via kargo, kakakku mengirimkan mangga itu karena mengetahui aku sedang hamil anak kedua. Aku sangat senang sekali menerima kiriman itu. Saat aku kupas dan aku makan, rasanya begitu manis, serasa kasih sayang ayahku mengalir dalam setiap gigitannya. Dan itu membuatku sendu.


Memang, ayah telah pergi, namun kasih sayangnya masih bisa aku rasakan dari buah mangga yang ditanamnya bertahun yang lalu. Terima Kasih ayah atas buah mangganya, Semoga engkau tahu ku selalu merindukanmu.


Note :
Seandainya setiap orang menanam 1 buah pohon saja, betapa beruntungnya anak cucu kita nanti. Bayangkan bumi yang hijau, Udara, tanah dan kandungan air di bumi yang terjaga dan pemanasan global bisa teredam. Bumi kita akan menjadi lebih bersahabat.
Let' s GO GREEN.

Tidak ada komentar: