Selasa, 25 November 2008

Bersakit sakit dulu, Bersenang - Senang Kemudian

Membaca sebuah tulisan di Blog yang saya kunjungi belum lama ini tentang hidup hemat dan tips – tips nya, mengingatkan saya akan buku panduan keuangan pertama yang saya miliki karangan Hendri Hartopo yang berjudul Save Or Sorry. Sebuah buku yang sangat bagus menurut saya yang memberi pemahaman kepada kita tentang cara - cara mengelola keuangan keluarga dengan lebih terencana.

Tidak mudah memang untuk mengikuti buku itu 100 persen. Karena memang tidak mudah mengendalikan pengeluaran dan mengerem keinginan untuk belanja. Kadang kalau sudah sampai di supermarket, barang yang tidak kita rencanakan untuk kita beli pun kita masukkan ke keranjang belanja, dan tahu - tahu barang itu sudah kita bayar di kasir.

Membedakan keinginan dengan kebutuhan memang sangat penting kita lakukan walaupun saya pribadi masih susah untuk melakukannya. Kadang – kadang uang habis untuk membeli barang barang yang kita inginkan, dan saat tiba masanya barang yang benar benar kita butuhkan habis, kita jadi kelabakan. Dengan membedakan keinginan dan kebutuhan akan membuat pengeluaran kita menjadi lebih terkontrol.

Keinginan sifatnya tidak terbatas sementara penghasilan yang kita terima tiap bulan terbatas. Jika kita hanya menuruti keinginan kita bisa - bisa gaji sebulan habis dalam sehari. Dan keuangan kita akan terseok seok sampai dengan penerimaan gaji bulan berikutnya. Ibarat pepatah, bersenang senang dahulu bersakit – sakit kemudian.

Pepatah ini mengingatkan dengan salah seorang teman saya, seorang lajang dengan penghasilan lumayan yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Orangnya manis, easy going dan tidak kenal takut. Kalau meminjam istilah Majalah Cosmopolitan, dia adalah seorang Fun Fearless Female sejati. Kelemahanya hanya tidak bisa mengendalikan keinginan saja. Terutama keinginan belanja.

Dia sangat hoby traveling dan petualangan. Setiap ada promo penerbangan Air Asia dengan tariff murah dia selalu tahu ( Air Asia selalu menjual tiket murah untuk jadwal penerbangan yang dipesan jauh - jauh hari). Dan pasti dia akan memesannya secara online untuk mendapatkan tiket murah tersebut. Sebenarnya hal ini bagus kita lakukan untuk perjalanan yang kita rencanakan. Sayangnya, teman saya hanya mengejar tiket murahnya saja, tapi tidak menabung untuk rencana perjalanan itu. Hingga tiba masanya tiket itu harus dipakai sementara uang dikantong tidak cukup untuk mendanai perjalanan tersebut. Teman saya tetap memakainya karena merasa sayang dengan tiket yang telah terlanjur dibeli dan akan hangus jika tidak digunakan. Akhirnya, kartu kredit digunakan sampai over limit. Malangnya, saat habis masa cutinya dan dia harus kembali bekerja, perusahaannya pindah ke pusat nya didaerah perkebunan yang terpencil. Karena tidak tahan dengan kondisi tempat kerjanya sekarang akhirnya dia mengajukan surat pengunduran diri. Tinggallah dia sekarang dengan kondisi job less dengan tanggungan utang kartu kredit yang harus dibayar.

Cerita saya diatas hanya sebuah contoh saja, bahwa keinginan – keinginan kita jika kita kita turuti tanpa pertimbangan keuangan akan membuat kita terjebak dalam kesusahan. Lebih baik bersakit sakit dahulu, baru bersenang – senang kemudian, daripada bersenang – senang dahulu akan tetapi bersakit sakit di kemudian hari. Pada saat kita sehat dan masih mampu bekerja, kita harus berusaha menabung sebagian penghasilan kita agar kelak saat sedang kesulitan keuangan, kita mempunyai cadangan uang untuk dipergunakan. Walaupun untuk itu kita harus menekan keinginan kita. Seperti sabda Nabi Besar Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Pergunakanlah untuk mendapatkan keberuntungan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya;
yaitu pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehat sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang masa kematianmu."



Tidak ada komentar: